Tiga Tuyul di Tangga Sekolah
Di sekolah SMP Negeri Jaya, ada sebuah legenda yang sudah beredar cukup lama mengenai tiga tuyul jahil yang sering mengganggu siswa-siswi yang melewati tangga pada sore hari. Mereka dikenal sebagai Bondal, Bondol, dan Bendol. Tuyul-tuyul itu memiliki rambut merah, mata bulat, dan kulit kecoklatan.
Saat sore hari tiba, siswa-siswi yang pulang dari sekolah sering merasa takut ketika melewati tangga yang dianggap sebagai tempat berkumpul tuyul-tuyul itu. Suasana sepi dan angin dingin yang bertiup membuat suasana semakin menyeramkan.
Suatu sore, tiga siswi bernama Dinda, Fika, dan Rara memutuskan untuk tidak takut lagi dan menghadapi tuyul-tuyul itu. Mereka menyiapkan rencana untuk membuat tuyul-tuyul itu pergi dari tangga sekolah.
Ketika mereka tiba di tangga, mereka melihat tuyul-tuyul itu sedang duduk di ujung tangga. Tuyul bernama Bondal langsung berbicara dengan nada tinggi, "Hei, kalian mau ke mana? Jangan lewat di sini kalau tidak mau kesetanan!"
Namun, ketiga siswi itu tidak takut dan mulai mengobrol dengan tuyul-tuyul itu. Mereka merasa heran mengapa tuyul-tuyul itu selalu mengganggu orang yang melewati tangga. Tuyul bernama Bondol menjawab, "Kami hanya ingin berteman dan menghibur diri. Kami bosan selalu duduk di tangga ini sendirian."
Dinda, Fika, dan Rara merasa kasihan pada tuyul-tuyul itu dan memutuskan untuk membantu mereka menemukan teman. Mereka mengajak tuyul-tuyul itu untuk bergabung dengan klub ilmu pengetahuan di sekolah. Tuyul-tuyul itu merasa senang dan mulai bergaul dengan para siswa dan siswi lain di sekolah.
Setelah bergabung dengan klub ilmu pengetahuan, tuyul-tuyul itu menjadi lebih cerdas dan kreatif. Mereka mulai menemukan kegiatan yang lebih menarik daripada hanya duduk di tangga. Mereka bahkan mulai membuat alat-alat yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Dinda, Fika, dan Rara merasa senang bahwa mereka berhasil membantu tuyul-tuyul itu menemukan teman dan kegiatan yang lebih bermanfaat. Mereka merasa bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dan semua orang dapat menjadi teman jika diberi kesempatan. Sejak saat itu, tangga di sekolah SMP Negeri Jaya tidak lagi menakutkan, dan tuyul-tuyul itu tidak pernah lagi mengganggu siswa-siswi yang melewatinya.
Hari berganti hari, dan tuyul-tuyul itu terus bergaul dengan para siswa dan siswi di sekolah. Mereka semakin akrab dengan Dinda, Fika, dan Rara, dan seringkali mereka berkumpul bersama di klub ilmu pengetahuan atau saat acara sekolah.
Namun, suatu hari tiba-tiba tuyul-tuyul itu menghilang tanpa jejak. Para siswa dan siswi di sekolah merasa khawatir dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada tuyul-tuyul itu. Dinda, Fika, dan Rara merasa sangat prihatin, karena mereka merasa bahwa tuyul-tuyul itu telah menjadi teman yang baik.
Saat sedang merenungkan kepergian tuyul-tuyul itu, tiba-tiba mereka melihat tiga benda bercahaya yang mendekat ke arah mereka. Ketika benda-benda itu semakin dekat, mereka menyadari bahwa itu adalah tuyul-tuyul Bondal, Bondol, dan Bendol yang kembali lagi.
Dinda, Fika, dan Rara bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada tuyul-tuyul itu. Tuyul bernama Bondal menjawab dengan sedih, "Kami dulu selalu menangis dan meratapi nasib kami karena tidak memiliki teman. Tapi, setelah bergabung dengan klub ilmu pengetahuan dan berteman dengan kalian, kami merasa bahagia dan merasa seperti memiliki keluarga. Namun, hari ini kami harus meninggalkan kalian, karena kami telah mendapat panggilan untuk pergi ke dunia lain."
Para siswa dan siswi di sekolah merasa sedih karena kepergian tuyul-tuyul itu, namun mereka merasa bahagia karena tuyul-tuyul itu telah menemukan kebahagiaan dan persahabatan di dunia ini. Mereka merasa bahwa tuyul-tuyul itu telah memberikan pelajaran berharga bahwa teman dapat ditemukan di mana saja, bahkan pada makhluk halus yang seringkali ditakuti dan dianggap menakutkan. Sejak saat itu, tangga di sekolah SMP Negeri Jaya tidak lagi sepi dan sunyi, karena kisah persahabatan tuyul-tuyul Bondal, Bondol, dan Bendol masih menjadi cerita yang dikenang oleh para siswa dan siswi di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar