Ads

Minggu, 29 Juni 2025

"Kakak Jail, Adik Manja"

 "Kakak Jail, Adik Manja"

Di pojok kampung yang asri di Bogor Barat, tinggallah dua kakak beradik yang selalu berhasil membuat satu rumah penuh tawa: Winata dan Yai. Winata, sang kakak, dikenal sebagai biangnya keisengan. Tapi jangan salah sangka, dia bukan tipe kakak yang menyebalkan. Ia justru sangat sayang pada adiknya, meski bentuk sayangnya sering kali muncul dalam bentuk kejahilan yang aneh-aneh. 😍🥰😘

Yai, adik yang manja 🤭 dan lembut hatinya, sebenarnya korban tetap dari tingkah jail kakaknya. Tapi anehnya, dia selalu saja tertawa di akhir cerita atau minimal ngambek sebentar lalu dibujuk kakaknya pakai candaan receh.
Suatu pagi, Winata mengantar Yai ke sekolah seperti biasa. Tapi tentu saja perjalanan bukan sekadar antar-jemput biasa.

“Yai, tadi malam aku mimpi kamu jadi kambing. Tapi bukan kambing biasa, kamu kambing yang bisa nyanyi dangdut!” ujar Winata sambil menirukan suara kambing bernyanyi.

Yai yang masih setengah ngantuk langsung meledak tertawa, “Ya ampun, Kak! Bisa bisanya!”

Belum cukup puas, Winata berhenti sejenak di warung depan sekolah dan berkata pada ibu warung, “Bu, ini pacarku, manja banget ya...”

Ibu warung langsung menoleh dan tersenyum geli, “Waduh, akur banget ya pacaran pagi-pagi begini!”

Dengan senyum jahil, mereka menjawab serempak,

“Bu... kami bukan pacaran, kami satu ayah satu ibu, alias kakak adik, heheh!”

Ibu warung sampai terpingkal, “Yaa ampun, bener-bener! Pantes kompak banget!”

Setiap hari mereka memang seperti itu. Kadang Yai nangis karena dijahili pernah suatu waktu, Winata menggambar kumis di wajah Yai saat tidur siang. Tapi setelah itu, Winata menebusnya dengan membuat boneka dari sendok dan mie instan, menamainya “Pak Kumis”, dan membuat pertunjukan teater kecil yang bikin Yai tertawa sampai lupa nangisnya.

Di rumah, Ayah dan Ibu sering menjadi penonton tetap tingkah lucu mereka. Kadang sedang serius makan, tiba-tiba Winata meletakkan tahu goreng di atas kepala Yai dan berkata, “Ini topi raja tahu, siapa berani melawan?”
Yai pun berdiri tegak, membalas, “Raja tahu siap menguasai dapur!”

Dan meledaklah tawa seisi rumah.

Berkat kasih sayang dan didikan hangat dari Ayah dan Ibu, mereka tumbuh menjadi anak-anak yang tak hanya lucu, tapi juga penuh cinta dan rasa hormat. Di balik semua candaan dan kejahilan, mereka saling menjaga dan menyayangi, lebih dari apapun.

Karena di kampung kecil itu, tawa mereka adalah musik harian, dan kasih sayang mereka adalah pelajaran kehidupan.

Untuk Ashita

😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀 😀

Tidak ada komentar:

Posting Komentar