Ads

Selasa, 10 Desember 2019

Syaira dan Pesan Terakhirnya

Syaira dan Pesan Terakhirnya

Lanjutan dari Gadis Putih Yang Tak Terlihat di Lantai Dua




=============================================================
....... Setelah pertemuan yang cukup menyeramkan itu dan merupakan pertama dan terakhir saya bertemu Syaira.

Malam-malam berlalu dengan keheningan, tanpa suara aneh-aneh dan tangisan dia lagi. Sesekali saya menoleh ke arah kelas dimana saya bertemu dengannya, dalam benak berkata "Syaira kemana yaa....? Kasihan dia".

"Akh sudahlah, mungkin dia sudah tenang. Lagipula, lebih baik dia gak ada kan, jadi bisa lebih nyenyak tidurnya.... hahaha"

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 23:17, mata pun mulai terasa berat.
"Huaaaahhh..... ngantuk euy, tidur akh"

Entah jam berapa saya tidur, yang pastinya kita tak pernah tau tepatnyanya waktu kita tidur kan.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di depan ruang tata usaha. Saya yang belum benar-benar tidur merasa kaget dan berpikir "Wah.... kayaknya Syaira tuh".

Daripada penasaran gak jelas, saya memberanikan diri membuka sedikit tirai di jendela. Kedua bola mata saya melirik kesana kemari, dan...

"Daaaarrrr........"
Seseorang mengagetkan saya dari bawah jendela, rupanya Penjaga baru datang ke sekolah.

"Hadeuh... dasar nyah ngareureuwas wae, parangsa teh jurig"

"Hahahaha..... sieun ka nu kitu geuning" kata penjaga sekolah sambil tertawa terbahak-bahak.

Dengan sedikit kaget dan kesal yang tersisa, saya kembali masuk dan langsung tiduran.

Lama sekali saya terjaga, dan akhirnya tertidur.

.
.
.
.
.

Kemudian, terdengar suara lirih memanggil-manggil nama saya.

"Pandi..... Pandi.....Pandi...." ujar suara lirih tersebut.
"Siapa disitu?" tanyaku.
"Syaira...." jawabnya.
"Hah... Syaira........" aku terkejut mendengar nama yang saya kira takkan pernah terdengar lagi.
"Ada apa balik lagi?" tanyaku memastikan.

"Maaf, aku hanya ingin sedikit menitip pesan padamu untuk anak-anak sekolah di sini?" jawab syaira pelan.

"Hee.... pesan, emang kamu tahu gitu anak-anak sekolah disini?" tanyaku terheran.

"Aku tahu, karena ketika siang aku masih suka memperhatikan mereka di balik dinding. Aku memperhatikan semua tingkah laku mereka. Aku mendengar semua apa yang mereka ucapkan" jelasnya.

"Terus kamu mau pesan apa?" tanyaku agar cepat berlalu.

"Aku hidup di zaman dimana kesopanan sangat di junjung tinggi, makanya aku sangat kesal melihat anak-anak bertingkah sangat tidak sopan terhadap teman atau yang lebih tua?"

"Beberapa kali aku pernah menjaili mereka, membuat mereka melamun, menyentuh mereka dengan lembut, membisikkan sesuatu ke mereka."

"Ada juga yang sampai tak sadarkan diri?".....

"Oh itu jadi ulahmu ya?" saya memotong penjelesannya....

"Iya.. aku kesal aku marah" ucapnya dengan nada tinggi.

"Malah ada juga yang aku perlihatkan ibu dan dan adikku yang telah meninggal ke mereka" masih dengan nada tinggi dan terlihat sangat kesal.

"Ya udah, maafkan anak-anak, dan janjilah untuk tidak mengganggu mereka lagi. Kasihan, mental mereka belum kuat." Saya menjelaskan dengan singkat.

"Ya, tapi ingatkan mereka untuk jadi lebih baik, jangan sampai aku yang akan mengganggu mereka lagi"

"Iya.. iya" jawab saya mengiyakan.

"Oh iya... aku gak akan kembali lagi koq, aku sudah bertemu keluargaku di alam sana" Ujarnya dengan sambilo tersenyum.

"Syukurlah klo begitu, jadi kamu gak bakal ganggu anak anak lagi kan?" tanyaku

"Iyaa, tapi...." dia memotong ucapannya dengan muka yang sedikit terlihat dingin.

"Tapi apa......." tanyaku dengan penuh keheranan.

"Yang tinggal disini bukan hanya aku saja......" jelasnya.

"Hah.. serius? Pantas saja saya sering melihat penampakan selain kamu"

"Iya disini juga ada yang di tangga sana, mereka ada tiga......."

Belum juga dia selesai berbicara, tiba tiba pintu ruangan ada yang mengetuk dan memanggil namaku.

"Akh rupanya tadi hanya mimpi saja"

"Iya bi" jawabku.

Ternyata yang mengetuk pintu adalah si bibi yang suka masak dan membersikan ruangan.

Ternyata, meski Syaira merupakan makhluk gaib, dia suka memperhatikan dan peduli ke orang yang masih hidup.

Semoga kamu baik-baik aja di sana ya Syaira.

"the end"

"Syaira => (S)esuatu (Y)ang (A)da d(I) piki(RA)n"

Senin, 09 Desember 2019

Gadis Putih Yang Tak Terlihat di Lantai Dua


Perkenalkan, nama saya Pandi Niwan (Bukan Nama Asli), Aku seorang Astriand (Indigo, bagi sebagian orang). Hal hal mistis bukanlah hal aneh bagi saya, sudah menjadi bagian dari hidup saya, meski terkadang aku bisa merasa takut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kisah ini bermula ketika saya tinggal di sebuah sekolahan di daerah Bogor.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Awal cerita, saya adalah seorang staf tata usaha di sebuah sekolah di daerah Bogor. saya sangat mendedikasikan waktuku untuk sekolah, dari pagi ke siang, dari siang ke sore, dari sore ke malam, dan dari malam ke pagi waktuku saya habiskan di sekolah. Hanya waktu-waktu tertentu saja saya keluar sekolah, seperti pulang ke rumah orangtua, ketika saya sakit atau sedang ada tugas luar dari sekolah.

Setiap malam saya tidur di sekolah, di ruang tata usaha yang saya sulap jadi kamar ketika malam menjelang. Sering saya terbangun ditengah malam, entah karena hanya ingin buang air kecil atau suara suara aneh yang terdengar dari arah kelas.

Saya tak pernah menghiraukan hal-hal seperti itu sebelumnya, saya hanya beranggapan, "akh mungkin itu hanya cicak atau apalah". Tak pernah memikirkan lebih jauh tentang sumber-sumber suara itu. Sering sekali suara tersebut terdengar lebih dari satu kali dalam satu malam hingga saya kadang sulit untuk kembali tidur.

Hingga suatu malam sekitar pukul 01:15, suara tersebut kembali terdengar begitu keras, mirip seperti seseorang mendorong meja dengan kecang. Saya terpaksa memberanikan diri untuk melihat ke kelas sumber suara tersebut berasal, untuk berjaga jaga kalau-kalau ada orang yang hendak mencuri meja atau apalah dari kelas tersebut.

Saya terkejut bukan main, karena pintu kelas terbuka lebar, segera saya berlari ke arah kelas dan masuk ke kelas tersebut. tak terlihat ada orang di dalam kelas ataupun yang keluar kelas. Dan anehnya lagi, tak ada meja ataupun bangku yang berubah susunannya, semuaya masih terlihat rapi.

Seketika bulu kuduk berdiri dan berpikir, "Waduh... jangan jangan......" tanpa pikir panjang, saya langsung menutup pintu dan kembali ke ruang tata usaha, tapi sebelum saya sampai ke ruang tata usaha, saya menoleh kebelakang dan sepintas terlihat sosok gadis yang memakai baju putih tengah tersenyum ke arah saya.

Lariku makin menjadi, aku kaget dan sedikit takut. Karena mana mungkin ada manusia lain pada jam segitu di sekolah, terlebih itu adalh perempuan.

Aku langsung masuh ke ruangan dan mengunci rapat pintu. Sembari menutup badan dengan selimut aku gemetaran dan bergumam tak jelas.

Setelah malam itu, lama tak terdengar lagi suara suara aneh yang muncul dari kelas. Sampai suatu malam, kira kira dua bulan yang lalu. Terdengar suara tangis seorang wanita dari arah kelas di lantai dua, begitu keras dan terdengar sangat sedih. Saya sempat berpikir, "Wah jangan-jangan hantu gadis itu lagi", awalnya aku lebih memilih diam di ruangan, tapi karena terus terdengar dan khawatir itu adalh manusia yang kenapa-kenapa, aku memberanikan diri untuk ke lantai dua.

Dengan perlahan saya menaiki tangga, sembari menengok kanan kiri, setelah mendekati sumber suara, aku pun membuka pintu kelas dan .......

.... mataku terbelalak melihat sesosok gadis putih yang sedang duduk di bangku depan yang sambil menangis, antara takut dan kasihan, aku tak bisa bergerak, seperti ada yang menahan kedua kaki untuk berlari.

Saya terpaksa memberanikan diri memanggil dia "Hey... kamu kenapa, ngapain disini malam-malam gini?"
"Aku sedih kak, aku sedih" jawabnya.
"Kamu siapa dan kenapa sedih" Tanyaku yang mulai sedikit tenang.
"Aku syaira kak, aku sedih karena rumah dan keluargaku terbakar" jawab dia sambil terisak sedih.
dalam hati aku berpikir, "wadidaw pasti ini hantu lagi dech".
"Terus bagaiamana dengan saudara-saudaramu itu" tanyaku.
"Mereka semua meninggal, akupun meninggal, tapi arwahku tak tenang, aku harus menemukan orang yang membakar rumahku" jawab dia dengan nada marah dan kesal.
"Kamu tahu pelakunya" jawabku heran.
"Tidak kak, aku tidak tahu pelakunya" tanya dia yang kebingungan karena tak tahu apapun tentang pelakunya.
"Kamu yakin rumahmu dibakar, bisa aja kan kebakar sendiri" tanyaku.
"Iya sih kak" dia mulai berhenti menangis
"Kakak gak takut liat aku" tanya dia.
"Enggak lah lagian bagi saya hantu tidaklah menakutkan, justru manusialah yang lebih menakutkan. Mereka bisa menayakiti manusia lainnya secara langsung" jawabku yang terasa bijak disaat itu.
"Koq gak takut" tanya dia heran.
"Kakak Anak Astriand, hal-hal mistis udah menjadi bagian dari hidup saya." :-)
"Bisa minta tolong kak?"
"Tolong apa?"
"Tolong bantu aku agar arwah aku bisa tenang" pinta dia yang bikin saya heran.
"Bagaimana caranya?"
"Kakak cari tulang tangan kanan aku yang tidak terkubur dengan baik, ada di sudut bawah dekat kamar mandi" jelas dia.
"Ya udah, saya ambil dan saya kuburkan dengan baik, sebisa saya".
Setelah aku menyanggupinya, lantas aku mencari tulang tangan yang dia maksud, dan benar saja, di kedalaman satu meter tulang belulang tangan. Lantas aku kuburkan ulang dengan membaca doa-doa yang aku bisa.
"Terima kasih kak, semoga arwah aku bisa tenang"
"Iya"...
Tak terasa, perbincangan kami ternyata telah berlalu sekitar satu jam lebih, adzan shubuh pun berkumandang
, diapun menghilang tanpa pamit.
Dalam benak saya berkata "semoga saja ini yang terkahir kalinya".

Dan benar saja, setelah malam itu tak pernah terdengar lagi suara-suara aneh di sekitar kelas.

"Kasihan kamu, semoga arwahmu bisa tenang dan mendapat kemudahan di alam kubur sana"